Sabtu, 15 Desember 2012

Analisis Semiotik Puisi di Mesjid Karya Chairil anwar

BAB I PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Semiotik atau semiologi merupakan terminologi yang merujuk pada ilmu yang sama. Istilah semiologi lebih banyak digunakan di Eropa sedangkan semiotik lazim dipakai oleh ilmuwan Amerika. Istilah yang berasal dari kata Yunani semeion yang berarti ‘tanda’ atau ‘sign’ dalam bahasa Inggris itu adalah ilmu yang mempelajari sistem tanda seperti: bahasa, kode, sinyal, dan sebagainya. Pengertian semiotika secara terminologis adalah ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda.
Pemahaman semiotika sebagaimana diungkapkan  Aart van Zoest adalah salah satu tentang tanda dan segala yang berhubungan dengan: cara berfungsinya, hubungannya dangan tanda-tanda lainnya, pengirimannya oleh mereka yang mengirimkannya. Studi sastra bersifat semiotik merupakan usaha untuk menganalisis karya sastra, di sini sajak khususnya, sebagai suatu sistem tanda-tanda dan menentukan konvensi-konvensi apa yang memungkinkan karya sastra mempunyai makna. Dengan melihat variasi-variasi di dalam struktur sajak atau hubungan dalam (internal) antara unsur-unsurnya akan dihasilkan bermacam-macam makna.
Semiotik seperti yang diungkapkan oleh Rachmat Djoko Pradopo yaitu bahwa bahasa sebagai medium karya sastra sudah merupakan sistem semiotik atau ketandaan,yaitu sistem ketandaan yang mempunyai arti. Medium karya sastra bukanlah bahan yang bebas (netral) seperti bunyi pada seni musik ataupun warna pada lukisan. Warna cat sebelum digunakan dalam lukisan masih bersifat netral, belum mempunyai arti apa-apa sedangkan kata-kata (bahasa) sebelum dipergunakan dalam karya sastra sudah merupakan lambang yang mempunyai arti yang ditentukan oleh perjanjian masyarakat (bahasa) atau ditentukan oleh konvensi-konvensi masyarakat.
Lambang-lambang atau tanda-tanda kebahasaan itu berupa satuan-satuan bunyi yang mempunyai arti oleh konvensi masyarakat. Bahasa itu merupakan sistem ketandaan yang berdasarkan atau ditentukan oleh konvensi (perjanjian) masyarakat. Sistem ketandaan itu disebut dengan semiotik. Begitu pula ilmu yang mempelajari sistem tanda-tandaiti disebut semiotika.
Sedangkan struktural dalam sajak atau karya sasatra yang menganggap bahwa sebuah karya sastra adalah sebuah struktur. Struktur di sini dalam arti bahwa karya sastra itu merupakan susunan unsur-unsur yang bersistem,yang di antara unsur-unsurnya terjadi hubungan yang timbal balik,saling menentukan. Jadi, kesatuan unsur-unsur dalam sastra bukan hanya berupa kumpulan-kumpulan atau tumpukan hal-hal atau benda-benda yang berdiri sendiri-sendiri,melainkan hal-hal itu saling berkaitan,saling terikat,dan saling bergantung.
Dalam kajian atas puisi-puisi Chairil Anwar ini akan dipergunakan teori semiotika yang oleh Charles Sander Peirces disebutnya dengan tiga konsep penting: (i) ikon, (ii) indeks, dan (iii) simbol. Untuk menemukan itu (kebermaknaan karya puisi) maka dipergunakan langkah-langkah penting kajian semiotika yang ditawarkan Charles Morris, yakni (a) masalah hubungan antar lambang, (b) penarsiran lambang, (c) maksud lambang, dan (d) cara pemakaian lambang.
Dalam makalah ini, penulis mengambil salah satu puisi karya Chairil Anwar yang berjudul “Di Masjid” yang akan dianlisias secara struktural semiotik.

1.2 Rumusan Masalah
1. Siapakah Chairil Anwar ?
        2. Mengapa memilih puisi karya Chairil Anwar ?
        3. Mengapa memilih puisi yang berjudul “Di Mesjid”?
        4. Bagaimana analisis puisi “Di Mesjid” dengan kajian berbasis semiotik?